Minggu, 02 Oktober 2011

Surat Marisi kepada bupati Mangindar
Marisi Limbong: "Mutasi ini membunuh saya secara pelan-pelan"
 
Samosir, Pangururan
         Rabu sore di Pangururan Kabupaten Samosir 14/9. Masyarakat dari beberapa Kecamatan datang ke Kota Pangururan untuk berbelanja di hari pekan. Disela-sela padatnya masyarakat di pekan atau onan Pangururan seorang guru menyampaikan keluhannya pada Cakra. 

Ia akan membuat surat keberatan secara langsung pada Bupati Mangindar karena ia dimutasi. Ibu guru bernama Marisi Limbong yang mengaku sangat malang karena dimutasi juga akan menembuskan surat itu ke beberapa pihak yang mungkin mau memberi perhatian, seperti DPRD Sumatera Utara, Komnas HAM serta lembaga atau instansi lainnya yang berkaitan dengan penderitaan masyarakat.
        Ia sempat membacakan beberapa poin yang tertulis di kretas polio, surat keberatannya yang masih bertulis tangan, belum diketik. Katanya akan ia serahkan pada Hari Senin ke Bupati, Sekda, Dinas Pendidikan, BKD dan sebagian lagi dikirim lewat pos.
        Senin siang 19/9 sekitar pukul 13.00, Marisi sudah menyampaiakn suratnya itu kepada Bupati Samosir dan beberapa instansi di Samosir. Beramplop putih dan bertulis tangan di bagian depan.
Dalam suratnya, Marisi menyampaikan rasa keberatannya atas beberapa hal, pelengseran dirinya dari jabatan sebagai Pengawas TK SD menjadi guru pembina pada SD Negeri Kecil di Pinal Kecamatan Sianjur Mula-mula. Alasan Marisi ia belum mengetahui apa kesalahan yang ia perbuat, tapi langsung divonis tanpa dihakimi. Bahkan belum pernah diadili, langsung dijatuhi hukuman.
Marisi juga keberatan karena pangkatnya/golongan diturunkan. Dari pembina IV A menjadi golongan III D. Sedangkan SK pelengseran belum ia terima. 

           Marisi juga menyampaikan rasa keberatannya karena diperlakukan tidak adil oleh atasan. Ketika ia benar-benar sakit, surat sakit yang diantar anaknya sendiri  ditolak UPTD. Sedangkan temannya pengawas yang lain bisa tetap dianggap hadir dan kehadirannya di paraf para kepala sekolah dan UPTD juga menerima.
           Marisi juga menganggap pemkab sengaja menyiksanya karena akses pilkada melalui mutasi. Menurutnya apa yang dilakukan penguasa terhadapnya adalah "pembunuhan secara pelan-pelan". "Mutasi ini membunuh saya secara pelan-pelan" kata Marisi dalam tangisnya.
Ini adalah kutipan surat kebertan Marisi Limbong yang ia berikan pada Bupati Samosir Mangindar Simbolon.
          "Kalaupun saya harus lengser dan dimutasi kenapa harus ke tempat yang sangat sulit terjangkau. Jarak yang akan saya tempuh dari Limbong ke Pinal sudah terlalau jauh apalagi dengan kondisi kesehatan saya. Saya tak mungkin bisa menjangkau. Dari Limbong, terlebih dahulu harus ke Tulas atau ke Pangururan. Kemudian melintasi danau, me-rental boat dengan biaya Rp.150.000 untuk sekali jalan. Sementara saya tidak pernah naik boat selam ini. Saya tidak berani naik boat. Saya sudah trauma, jantung saya tidak sanggup.
          Jika  tidak bisa bertugas, anak saya yang mengantar surat ke kantor UPTD Kecamatan Sianjur mulamula. Tapi kepala UPTD (alm) pernah menolak surat sakit saya. Ia menyuruh anak saya mengantar kepada Ober Sagala (calon bupati nomor urut 7 pada pemilukada). "ai dang tuson hasahatan ni i ba. Tu nomor 7, Si Ober ma taruhon" (bukan ke sini. Ke nomor 7, ke si Ober saja antarkan). Kata Kepala UPTD. Spontang anak saya heran dan kebingungan lalu surat sakit itu dibawa pulang.
           Padahal bukan hanya saya PNS yang pernah sakit dan tidak bisa bekerja. Masih banyak yang lain bahkan mereka tetap dianggap hadir walau tidak masuk kerja. Misalnya Kader Sunurat, sudah begitu lama tidak masuk kerja karena sakit. tetapi daftar hadir tetap terisi, diparaf oleh rekan-rekan pengawas secara bergantian. Bahkan Administrasi/Instrumen ke SD binaannyapun dikerjakan oleh rekan-rekan pengawas yang lain. Ditanda tangani secara gotongroyong, distempel oleh kepala sekolah SD binannya tanpa hadir untuk supervisi ke sekolah itu. Kepala sekolah menandatangani dengan tujuan agar kesra/uang perjalanan pengawas serta yang lain tidak terhambat. 
            Saya ini sudah janda, dengan kondisi sudah sakit-sakitan, sementara keluarga saya tidak ada di tempat pemutasian saya untuk menemani dan mengurus saya".<< CAKRA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar