Sabtu, 15 Oktober 2011

Kebakaran di Samosir

Harry Boss Sidabutar
Harry Bos Sidabutar;
Kinerja Pemadam harus dikaji ulang.

Samosir, Cakra
Berselang sebelas hari setelah gereja HKBP terbakar 29/9, masyarakat Samosir kembali dikagetkan dengan terbakarnya 4 unit rumah di Pangururan. Kedua musibah ini terjadi di ibu kota Kabupaten Samosir, dan kejadiannya berada di pinggir jalan. Apalagi keempat rumah yang terbakar 10/10 lalu, berada persisi di pinggir jalan lintas propinsi. Tidak ada halaman ataupun pagar, tetapi tidak bisa diselamatkan oleh pemadam kebakaran, hingga sembilan orang pelajar menjadi korban.

Warga mulai mempertanyakan fungsi ataupun kinerja dari para petugas pemadam. Apa kendala dan kenapa selalu gagal. Apakah karena peralatan yang kurang lancar, atau gaji petugas yang sering macet. Atau mungkin uang puding yang kurang banyak.

Harry Bos Sidabutar, warga Kecamatan Simanindo sangat menyesalkan pemadam kebakaran yang tidak cekatan memadamkan api. Jika kejadiannya jauh dari jalan raya atau harus masuk gang, masih bisa dimaklumi. Atau kejadiannya di daerah pelosok dengan jarak tempuh yang lumayan jauh, semisal di Kecamatan Harian, atau di Sitio-tio. Tapi ini, di ibukota Kabupaten, di pinggir jalan yang paling luas di kabupaten Samosir, tidak ada kemacetan kerena kejadiannya pukul 02.30, api tak bisa dipadamkan. "Lalu apa fungsi pemadam?" kata Sidabutar.

Ia menambahkan, sudah waktunya Pemkab Samosir harus duduk bersama dengan DPRD akibat kejadian ini. Membicarakan sistem penanganan yang lebih baik terhadap musibah kebakaran oleh pemadam kebakaran. Memang tidak ada tuntutan, tidak ada sanksi hukum dan tidak juga bisa dipanggil jaksa jika pemadam kebakaran gagal memadamkan api. Tapi ini adalah persoalaln humanis dan menyangkut nyawa. kalau terus-terus gagal, dianggap tidak ada arti. Karena ratusan lagi rumah di Samosir yang terbuat dari papan dengan instalasi listrik yang sudah puluhan tahun tidak pernah di periksa. Hal ini juga menjadi bahan yang perlu dikaji, solusi apa yang kira-kira bisa dilakukan dengan pihak PLN atau pihak-pihak lain yang terkait.

Puramawan Malau, Kepala Badan Penaggulangan Bencana Kabupatem Samosir mengatakan, kalau pemadam kebakaran yang ada di Samosir belum memiliki sistem hidran. Masih menggunakan pengisian air secara manual. Air disedot dari Danau Toba. Namun tidak bisa dari semua tempat. Karena selang penyedot hanya berkemampuan 4 meter, dan harus dari tempat yang tidak berpasir.

Kelemahan lain menurut Malau adalah kapasitas mobil pemadam 10.000 s/d 15.000 liter. Sedang yang bisa dikeluarkan dari tangki mobil hanya sebanyak 12.000 liter. Karena 3000 liter harus tertingga dalam tangki mobil. Jika dikeluarkan sampai habis, mobil tidak dapat menyedot air unutk selanjutnya.

Sehingga menurutnya, untuk satu tangki mobil pemadam seperti yang ada di Pangururan, hanya bertahan selama 3-5 menit jika kedua semprotnya digunakan.

Saat kebakaran 4 rumah yang terjadi 10/10 lalu di Pangururan, pemadam kebakaran sudah tiba di lokasi pukul 03.00 sekitar setengah jam setelah kebakaran terjadi. Keempat rumah sudah terbakar, api sudah sampai ke lantai II. Namun yang disayangkan, ketika pemadam tiba, tidak ada yang secara spontan memberitahukan pada pertugas pemadan, ada orang di lantai II. Sehingga, petugas terfokus menyelamatkan agar rumah yang disebelah tidak ikut terbakar. Karena melihat kondisi api yang sudah berkobar di empat rumah, sudah tidak mungkin lagi dipadamkan.

Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten Samosir, dalam waktu dekat akan melaksanakan rapat dengan antara pihak PDAM dan Pemkab Samosir untuk menjalin MoU untuk penerapan sistim hidrant. Pemkab Samosir juga sudah mengusulkan unutk menganggar mobil pemadam dengan kapasitas 50.000 liter pada tahun anggaran 2012, kata Purnamawan Malau. <<hayun gultom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar