Minggu, 27 November 2011

Ada Joker dan Domino
DPRD 'BERJUDI'?


HAYUN GULTOM, PARBABA
Di pembakaran sampah samping kiri kantor Dewan, ada kartu joker bekas pakai, bersama bungkus rokok,  dan kertas-kertas lainnya. Di tong sampah, depan pintu masuk kantor ada bungkus domino bersama sobekan kertas berwarna putih, kuning dan merah jambu, bertuliskan SPPD anggota dewan ke luar daerah senilai Rp.2.850.000.

Kantor DPRD Kabupaten Samosir terletak di Lokasi perkantoran Parbaba. Tidak ada rumah warga di sekitar kantor. Sampah itu adalah sampah dari dalam kantor dewan. Tidak ada kemungkinan orang lain atau masyarakat datang sengaja membuang sampah ke lokasi kantor dewan.

Memang kartu itu tidak bisa jadi bukti adanya bermain judi di kantor dewan. Tapi kartu itu juga tidak bisa disebut sebagai bagian dari ATK Sekretariat DPRD. Meski tidak tercium pihak kepolisian tapi kalangan LSM dan beberapa wartawan kerap memperbincangkan kebiasaan beberapa anggota dewan yang ngumpul di salah satu ruangan di lantai II. Ruangan yang berada diantara ruang ketua dan wakil ketua itu, menurut sekwan Mangihut Sinaga adalah ruang ruang rapat pimpinan. Tapi di dalam hanya ada 6 kursi dan satu meja ukuran sedang. Tidak ada komputer maupun lemari, tempat arsip hasil rapat pimpinan. Kondisi ruangan tidak yalak disebut sebuang ruang rapat. Biasanya anggota dewan berada di ruangan itu pada tanggal muda atau setelah rapat paripurna selesai. Mereka di ruangan itu bisa sampai menjelang malam.

Wartawan pernah mengkonfirmasi sekwan secara formal, apakah benar anggota dewan pernah bermain judi di ruangan kantor itu. Tentang anggota dewan yang sering di ruangan itu, sekwan tidak membantah. Tapi tentang judi, ia mengatakan, yang namanya bermain judi itu harus memenuhi unsur. Ada pemain, ada alat dan ada taruhan, katanya. Bermain kartu belum tentu main judi, tapi apakah anggota dewan main kartu hanya untuk menghabiskan waktu hingga malam hari di kantor dewan? tanya seorang wartawan.

Munculnya kabar tentang marwah DPRD yang kurang terhormat, menimbulkan beberapa komentar tentang hal-hal yang mencoreng nama baik, yang selama ini disebut lembaga terhormat itu. Seorang wartawan berinisial "Sht" mengatakan pada Orbit kemarin, ia pernah melihat anggota dewan sedang bermain kartu di ruang rapat pimpinan bulan Oktober lalu. Wartawan yang mengaku masih baru menggeluti dunia jurnalis ini, awalnya ia tidak mengetahui ada anggota dewan yang sedang bermain kartu di ruangan itu. Ia membantu membukakan pintu, karena seseorang hendak masuk untuk mengantarkan Indomie rebus.Tiba-tiba ia melihat beberapa anggota dewan sedang bermain kartu dan sekwan sedang memegang keretas dan pulpen. Sebagai wartawan baru ia mengaku tidak mengenal para anggota dewan itu, kecuali sekwan.

Kalangan LSM dan beberapa dari warga berkomentar, kalau memang anggota dewan sering berjudi di kantor, sudah saatnya pihak kepolisian mengawasi kantor DPRD Samosir. Anggota DPRD daerah lain yang bermain judi di hotel di Jakarta saja pernah tertangkap polisi. Masa di kandang sendiri tidak! 

Issu tentang anggota DPRD Samosir yang siring berlama-lama di Kantor dan diduga bermain 'judi' bukanlah issu baru. Mungkin saja sudah tercium pihak aparat kepolisian tapi barangkali belum ada waktu yang tepat menangkap mereka. Karena pemain judi bisa ditahan harus karena tertangkap basah.

Dari pantauan Cakra dan dari berbagai sumber, masalah judi sudah mewabah terhadap kalangan yang seharusnya jadi panutan. Di beberapa kantor, pegawai tidak segan-segan mebahas nomor togel. Angka yang keluar dan angka yang akan ditebak, kejadian di kantor sering jadi kode alam yang membawa keberuntungan walaupun lebih sering mengakibatkan kerugian. Himbauan berupa surat terhadap PNS agar tidak bermain judi bahkan pernah dikeluarkan oleh Pemerintah daerah. Di tempelkan di kantor-kantor instansi pemerintah, kecuali di Kantor DPRD. Jika ketahuan bermain judi, pegawai akan diberi sanksi. Hal ini barangkali menegaskan, sikap Pemkab terhadap aparatur pemerintah yang ketahuan bermain judi, tidak seperti dulu lagi. Walau sudah ketahuan dan berurusan dengan penegak hukum, tapi sepertinya tidak menerima sanksi terhadap jabatannya, golongan atau pangkat sebagai PNS. Bahkan ada yang malah naik jabatan.<<hayun gultom

Tomok Parsaoran

Kades Tomok Parsaoran. M Sidabutar

Desa Tomok Parsaoran sudah kembali

ABIDAN SIMBOLON, Tomok
Setelah pemilihan kepala Desa pada Kamis 24/11,  Tomok kembali menjadi 2 Desa seperti beberapa tahun silam. Desa Tomok dan Desa Tomok Parsaoran.

Pemilihan di Desa Tomok Parsaoran diikuti oleh dua Kandidat. Dimenangkan oleh kandidat nomor 1, Mangiring Tua Sidabutar. Dengan selisih 160 suara dari pasainggnya Reginaldus Situmorang. Dari jumlah pemilih sebanyak 734 Mangiring meraih sebanyak 446 suara. Sedangakan Reginaldus sebanyak 286 suara. Dua suara lagi dinyatakan batal oleh panitia.

Mangiring Sidabutar bertubuh tinggi dan tegap adalah seorang pensiunan PNS, semasa aktipnya bertugas di Jakarta. Ia penduduk asli dan merupakan keturunan dari Raja Soribuntu Sidabutar. Setelah kembali dari rantau beberapa tahun silam, ia lebih memberikan perhatiannya terhadap kondisi pariwisata di Tomok. Khususnya penataan lokasi bersejarah di Tomok, yang di kenal paling berpengaruh terhadap minat pengunjung yang datang ke Samosir.

Menurut ketua BPD Tomok, Hardy Sidabutar salah satu yang memperjuangkan pemekaran Tomok Parsaoran menjadi Desa, mengatakan; Tomok Parsaoran pada dasarnya bukan desa yang baru. Menurutnya lebih tepat jika dikatakan mengembalikan menjadi desa. Karena dahulunya "Tomok Parsaoran" adalah satu Desa. Orang tua dari Hardy Sidabutar adalah kepala Desa pada masa itu.

Dengan dikembalikannya "Tomok Parsaoran" menjadi Desa, menurutnya akan sangat meningkatkan laju pertumbuhan pembangunan. Termasuk dalam hal Pariwisata. Dan pada umumnya pemekaran bertujuan untuk mempercepat pembangunan.

Dengan dimekarkannya Tomok menjadi dua Desa maka beberapa tempat strategis menjadi beda status. Salah satunya kapal penumpang umum, menaikkan penumpang dari desa Tomok, tetapi me nurunkan penumpang di Desa Tomok Parsaoran (Labuhan Sumber sari). Beberapa tempat srategis yang masuk dalam kawasan Tomok Parsaoran adalah; Labuhan Wisata, Kawasan Sigale-gale dan Pelabuhan Ferry yang sedang dibangun.

Sejak 14/11 lalu, pemerintah Kabupaten Samosir mulai melaksanakan pemilihan untuk desa 17 desa yang dimekarkan. Hingga 21/11 sudah empat desa yang melaksanakan pemilihan. Berdasarkan jadwal yang diterima Orbit dari Assisten Pemerintahan Kabupaten Samosir, semua desa yang baru dimekarkan itu akan tuntas melakukan pemiliihan pada Desember mendatang. Sehingga jumlah desa di Samosir menjadi 128 Desa dan 6 kelurahan.

Keempat desa yang sudah melakukan pemilihan itu adalah, Desa Sipintu-pintu (14/11) dan Desa Hutagalung (19/11), berada di Kecamatan Harian.  Desa Sipinggan (22/11) dan Desa Pananggangan II (24/11), di Kecamatan Nainggolan. Desa Unjur (21/11) dan Desa Tomok Parsaoran (24/11) di Kecamatan Simanindo.

Pantauan di Desa Unjur, pelaksanaan pemilihan berjalan lancar dan mendapat dukungan penuh dari warga desa yang dimekarkan. Respon dari warga, jauh melebihi situasi pemilihan legislatip maupun bupati. Di Desa Unjur, Kecamatan Simanindo. Proses penjoblosan dimulai pukul 08.00 wib. Warga tetap antusisas di lokasi TPS, menunggu warga lain datang memilih. Bahkan sampai pada pengitungan suara.

Situasi juga ramai dengan kehadiran warga dari desa tetangga, yang ingin menyaksikan siapa yang terpilih. Tiga calon yang akan dipilih, adalah warga desa yang memiliki kedekatan emosional dan kedekatan keluarga pada semua pemilih.

Jannen Ambarita calon nomor urut satu. Dia salah seorang petani dan memiliki beberapa usaha sukses di Unjur. Dari keuletan bertani, ia dikenal cukup mampu dalam hal finansial.

Walter Manik nomor urut 2, seorang yang sudah berpengalaman dalam hal pemerintahn desa. Sebelum mencalonkan ia adalah seorang Kepala urusan (Kaur) pemerintahan di Desa Ambarita, sebagai desa induk.

Gerson Napitu nomor 3, pengusaha yang memulai kari bisnisnya sejak kurang lebih dua tahun lalu setelah kembali dari perantauan.

Sebelum penghitungan suara, masih sulit diprediksi siapa pemenang. Hingga pada pukul  14.00 wib, panitia mulai melakukan penghitungan suara. Suasana hening dan menegangkan selama kurang lebih selama 1,5 jam. Panitia menghimbau masyarakat yang menyaksikan dan pendukung untuk tidak bertepuk tangan. Selesai pukul, 15.30 wib. Peghitungan suara itu dimenangkan oleh Jannen Ambarita, dengan jumlah suara 218. Sedangakan Walter Manik calon nomor 2 meraih suara sebaanyak 71. Gerson Napitu calon nomor 3 meraih sebanyak 61 suara. Selebihnya batal. Total yang memberikan suara pada kotak suara sebanyak 364 orang.

Ditengah suasana tegang para pendukung, tiba-tiba Gerson berdiri dan mengucapkan selamat kepada Jannen, disambut tawa semua yang hadir. Suasana menjadi hikmat setelah ketiga kandidat itu saling bersalaman.

Melani Butar-butar, staf ahli bupati hadir mengawakili Pemerintah Kabupaten Samosir mengatakan, agar proses pemilihan di Desa Unjur menjadi contoh untuk desa-desa yang akan melakukan pemilihan selanjutnya.<<CAKRA

Minggu, 13 November 2011

Menikah 11/11/11, "semua jadi satu"

By;
HAYUN GULTOM, Panguruan
MANAN SIMANJORANG, Ambarita

Jika di kota besar seperti DKI Jakarta dikabarkan sekitar 2000 pasangan menikah pada 11/11/11, maka di Samosir dari hasil pantauan Cakra dan informasi yang didapat dari kalangan masyarakat, terdapat sekitar 20 lebih pesta pernikahan pada 11/11/11 lalu.  Selain karena gampang diingat, mereka juga punya alasan tersendiri kenapa memilih tanggal itu.  juga tanggal tesebut atas usulan dari orang tua si pengantin. Misalnya karena orang tuanya lahir tanggal 11 bulan 11. Ia pun mengusulkan agar anaknya menikah di tanggal 11/11/11.

"Kasih dan rancangan Tuhan menyatukan kami, bukan lagi dua melainkan menjadi satu dalam pernikahan kudus". Demikian tertulis dalam undangan pernikahan Suhadi Beno Naibaho dan Pascha Apriani Anggina Manihuruk 11 Nopember 2011. Foto Beno dan Pascha tampak romantis dengan sepeda ontel, seolah mengisahkan percintaan "tempoe doeloe".

Pasangan ini telah merencanakan secara matang, dan sangat menginginkan hari pernikahannya pada tanggal 11/11/11. Beno Naibaho (staf di Kantor Satpol PP Kabupaten Samosir) dan Pascha Manihuruk (staf di Dinas Perizinan Kabupaten Samosir), bahkan sengaja  menunggu momen 11/11/11 untuk melangsungkan pesta pernikahan, setelah tertunda pada 10/10/10 tahun lalu. Alasan Pascha yang akrab dipanggil Anggi, saat ditemui wartawan Cakra di kantornya mengatakan, supaya tanggal pernikahan mereka gampang diingat, dan menjadi sesuatu yang unik.

Pascha dan Beno berkenalan di Samosir tiga tahun lalu. Sebelumnya Pascha berdomisili di Jakarta, pindah ke Samosir setelah ia lulus dan menjadi PNS. Keindahan Danau Toba dan pegunungan Samosir mengisi hari-hari Beno dan Pascha dalam menjalani hubungan selama berpacaran sampai ke pelaminan.  Kawasan Aek Rangat dan pusat perbelanjaan Souvenir di Tomok, juga tempat yang sering mereka kunjungi.

Bahkan menurut Pascha, rencana untuk tanggal pernikahan, kerap mereka perbincangkan di Pantai Pasir Putih dan pelataran rumput yang luas di Sijambur Nabolak (kaki gunung Pusuk  Buhit) saat-saat mereka sedang berdua. Ketika ditanya bagaimana ia membayangkan nikmatnya pengantin baru, "saya baru bisa mengetahuinya, setelah acara pesta selesai" jawab Pascha, sambil tertawa.  Bagi setiap pasangan, pernikahan adalah merupakan momen yang istimewa dan sakral yang tak terlupakan sepanjang hidup.
Salah satu keistimewaan sebuah hari pernikahan menurut pendapat banyak orang, karena pada hari itu laki-laki dan perempuan, pasangan yang menikah  berjanji dan disaksikan banyak orang untuk sehidup semati. Tidak lagi dua tetapi telah menjadi satu sampai maut memisahkan. Banyak pasangan yang memilih hari pernikahan pada tanggal yang gampang diingat, seperti tanggal 11, bulan 11, tahun 2011. Selain itu Jumat 11/11/11 dianggap unik.
Bukan hanya untuk kalangan selebritis atau pebabat, namun secara luas, banyak masyarakat yang menjadikan 11/11/11 sebagai moment istimewa. Tidak hanya di kota-kota besar, di Kabupaten Samosir juga ada banyak pasangan yang melangsungkan pernikahan pada Jumat 11/11/11.
Di lingkungan Pemkab Samosir, pantauan Cakra pada 11/11 dan informasi yang dihimpun hari sebelumnya ada empat pasangan yang melangsungkan pernikahan. Bahkan Bupati Samosir dalam sambutannya pada sebuah acara temu pisah Kapolres Samosir di rumah dinas 08/10, sempat mengatakan bingung akan menghadiri yang mana. Pantauan Cakra 11/11 Bupati menghadiri pernikahan putra Kepala Dinas Kesehatan, Ferdy Simbolon.

Pernikahan Ferdy Simbolon dan Yacinta Sianturi, memilih tanggal 11 adalah atas usulan orang tua Ferdy.  Secara kebetulan 11/11 adalah juga hari ulang tahun orang tua Ferdy, Manigor Simbolon. Sehingga hari 11/11, selain istimewa buat Ferdy juga istimewa buat orang tuanya. Pernikahan Ferdy dan Yacinta dilangsungkan di Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI), dan acara adat di Hotel Dainang Pangururan berlangsung meriah.
Disamping karena unik dan gampang diingat beberapa pasangan yang menikah 11/11/11 ternyata memiliki alasan tersendiri menjadikan hari itu, hari yang istimewa.  Lambok Butarbutar dan pasangannya Hetty,  seorang tenaga medis di RSUD Hadrianus Sinaga. Lambok adalah anak dari Melani Butarbutar, Staf ahli Bupati Samosir.  Melangsungkan pernikahan di Gereja HKBP Ambarita.
Menurut Lambok yang berkerja di Departemen agama di Kabupaten Samosir, menentukan hari pernikahannya dengan Hetty adalah juga  atas dukungan keluarga, bukan hanya ide dari mereka berdua. Namun ia sendiri juga mengaku sangat tertarik dengan tanggal 11/11/11, menurutnya "agar semua menjadi satu".  

Secara kebetulan ada beberapa hal yang berkaitan dengan angka tersebut. Acara pernikahan Lambok dan Hetty juga dimulai pukul 11.00. Hal ini bukan unsur kesengajaan, tetapi karena keluarga Hetty (pengantin) yang datang dari Siantar, sesuai jadwal Kapal verry baru bisa tiba di Samosir pada pukul 10.00. Ditambah waktu persiapan sekitar 1 jam, sehingga acara dijadwalkan pukul 11.00. 

Jumlah ulos pada upacara adat pernikahan Lambok dan Hetty dari pihak mempelai perempuan juga sebanyak 11 ulos.  Meski banyak yang sedang melangsungkan pernikahan pada 11/11/11, namun acara pemberkatan Lambok dan Hetty di Gereja HKBP dan acara adat di Ambarita berlangsung meriah.

Berdekatan dengan pesta Lambok, juga berlangsung pesta yang sama, yaitu pernikahan Roy Fernando Sidabutar dan Oktalina Verawati Purba (Putra Victor Sidabutar, Camat Simanindo). Roy dan Vera diberkati di Gereja Katolik dan acara pesta di lapangan Ambarita. 
Masih berdekatan dengan acara kedua pesta itu, ada juga pesta pernikahan di gedung Serbaguna HKBP Ambarita. Sehingga ada 3 acara pesta pernikahan di Desa Ambarita pada 11/11/11. Tempat acara pesta hanya berjarak 300 meter satu sama lain.  
<<CAKRA

Sabtu, 15 Oktober 2011

Foto Saut, dari HP Vri
Kata terakhir dari Saut untuk Vri 
“Mungkin kita tidak bertemu lagi”

Samosir, Cakra
Di halaman sekolah semua siswa membicarakan tentang kesembilan orang teman mereka, yang menjadi korban musibah kebakaran yang saat itu masih diautopsi di Rumah Sakit (10/10). Pagi sekitar pukul 11.00, para siswa-siswi saling bercerita tentang hari-hari terakhir mereka bersama korban, sebelum musibah itu terjadi. Hari terakhit saat di sekolah, saat pramuka, saat berkemah serta saat kebersamaan lainnya.

Vriyanty, adalah teman sekelas Saut yang berhasil diwawancarai oleh waratawan Cakra  “Aku duduk di belakang, dia di baris ke empat. Kelas II SOS 2. Sudah dua hari ia sering termenung, ucapannya ‘mungkin kita akan berpisah’, kuanggap bercanda”, kata Vri. Tapi, hari itu Sabtu 8/10, jam pelajaran sudah usai, sekolah sudah sepi. Saut dan Vriyanty masih di halaman sekolah, duduk bercerita.

Saut adalah teman paling baik buat Vri. Biasanya mereka menyisakan waktu di halaman sekolah sebelum pulang ke rumah. Saut selalu bisa menghibur katika Vri lagi kesal.

Entah kenapa Saut meminta supaya semua foto-fotonya yang ada di HP Vri supaya dihapus. Semula Vri menolak menghapus foto-foto Saut di HPnya, apalagi foto-foto bersama mereka. Tapi Saut menghapusnya sendiri foto-foto itu, sambil mengatakan “kita tidak bertemu lagi, hapuslah semua foto-foto ini, jangan ingat-ingat lagi”.

Berkali-kali ia katakan, “mungkin kita tidak ketemu lagi”.Vri, berkali-kali juga bertanya “kenapa”. Tapi Saut menjawab “entah lah, aku tidak tahu”.

Tapi foto yang satu ini jangan kau hapus, kata Saut. Setelah ia membluetoothkan satu fotonya ke HP Vri. Vri memperhatikan foto itu, foto sedang termenung, memakai baju olah raga berwarna merah. Vri hanya bingung, dalam hati ia bertanya ada apa dengan teman paling baiknya itu. Sampai mereka meniggalkan lapangan sekolah Vri tak sedikitpun menyangka kalau hari itu adalah hari terakhirnya bersama Saut.

“Ternyata benar, kami berpisah selamanya”, kata Vri, dengan mata berkaca-kaca. “Bagiku di teman paling baik sedunia” kata Vri menutup perbincangan dengan wartawan Cakra 10/10 lalu di SMA Negeri 1 Pangururan.

Saut Sinaga dan Adiknya Paskah Sinaga yang masih duduk di kelas I SMA, adalah anak paling bungsu dari 7 bersaudara. Saut dan Paskah, menjadi koraban musibah kebakaran rumah yang menyebabkan 9 sisiwa SMA 1 Pangururan tewas terbakar.

Kebakaran di Samosir

Harry Boss Sidabutar
Harry Bos Sidabutar;
Kinerja Pemadam harus dikaji ulang.

Samosir, Cakra
Berselang sebelas hari setelah gereja HKBP terbakar 29/9, masyarakat Samosir kembali dikagetkan dengan terbakarnya 4 unit rumah di Pangururan. Kedua musibah ini terjadi di ibu kota Kabupaten Samosir, dan kejadiannya berada di pinggir jalan. Apalagi keempat rumah yang terbakar 10/10 lalu, berada persisi di pinggir jalan lintas propinsi. Tidak ada halaman ataupun pagar, tetapi tidak bisa diselamatkan oleh pemadam kebakaran, hingga sembilan orang pelajar menjadi korban.

Warga mulai mempertanyakan fungsi ataupun kinerja dari para petugas pemadam. Apa kendala dan kenapa selalu gagal. Apakah karena peralatan yang kurang lancar, atau gaji petugas yang sering macet. Atau mungkin uang puding yang kurang banyak.

Harry Bos Sidabutar, warga Kecamatan Simanindo sangat menyesalkan pemadam kebakaran yang tidak cekatan memadamkan api. Jika kejadiannya jauh dari jalan raya atau harus masuk gang, masih bisa dimaklumi. Atau kejadiannya di daerah pelosok dengan jarak tempuh yang lumayan jauh, semisal di Kecamatan Harian, atau di Sitio-tio. Tapi ini, di ibukota Kabupaten, di pinggir jalan yang paling luas di kabupaten Samosir, tidak ada kemacetan kerena kejadiannya pukul 02.30, api tak bisa dipadamkan. "Lalu apa fungsi pemadam?" kata Sidabutar.

Ia menambahkan, sudah waktunya Pemkab Samosir harus duduk bersama dengan DPRD akibat kejadian ini. Membicarakan sistem penanganan yang lebih baik terhadap musibah kebakaran oleh pemadam kebakaran. Memang tidak ada tuntutan, tidak ada sanksi hukum dan tidak juga bisa dipanggil jaksa jika pemadam kebakaran gagal memadamkan api. Tapi ini adalah persoalaln humanis dan menyangkut nyawa. kalau terus-terus gagal, dianggap tidak ada arti. Karena ratusan lagi rumah di Samosir yang terbuat dari papan dengan instalasi listrik yang sudah puluhan tahun tidak pernah di periksa. Hal ini juga menjadi bahan yang perlu dikaji, solusi apa yang kira-kira bisa dilakukan dengan pihak PLN atau pihak-pihak lain yang terkait.

Puramawan Malau, Kepala Badan Penaggulangan Bencana Kabupatem Samosir mengatakan, kalau pemadam kebakaran yang ada di Samosir belum memiliki sistem hidran. Masih menggunakan pengisian air secara manual. Air disedot dari Danau Toba. Namun tidak bisa dari semua tempat. Karena selang penyedot hanya berkemampuan 4 meter, dan harus dari tempat yang tidak berpasir.

Kelemahan lain menurut Malau adalah kapasitas mobil pemadam 10.000 s/d 15.000 liter. Sedang yang bisa dikeluarkan dari tangki mobil hanya sebanyak 12.000 liter. Karena 3000 liter harus tertingga dalam tangki mobil. Jika dikeluarkan sampai habis, mobil tidak dapat menyedot air unutk selanjutnya.

Sehingga menurutnya, untuk satu tangki mobil pemadam seperti yang ada di Pangururan, hanya bertahan selama 3-5 menit jika kedua semprotnya digunakan.

Saat kebakaran 4 rumah yang terjadi 10/10 lalu di Pangururan, pemadam kebakaran sudah tiba di lokasi pukul 03.00 sekitar setengah jam setelah kebakaran terjadi. Keempat rumah sudah terbakar, api sudah sampai ke lantai II. Namun yang disayangkan, ketika pemadam tiba, tidak ada yang secara spontan memberitahukan pada pertugas pemadan, ada orang di lantai II. Sehingga, petugas terfokus menyelamatkan agar rumah yang disebelah tidak ikut terbakar. Karena melihat kondisi api yang sudah berkobar di empat rumah, sudah tidak mungkin lagi dipadamkan.

Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten Samosir, dalam waktu dekat akan melaksanakan rapat dengan antara pihak PDAM dan Pemkab Samosir untuk menjalin MoU untuk penerapan sistim hidrant. Pemkab Samosir juga sudah mengusulkan unutk menganggar mobil pemadam dengan kapasitas 50.000 liter pada tahun anggaran 2012, kata Purnamawan Malau. <<hayun gultom

Sabtu, 08 Oktober 2011

Uang terimakasih

Terkait Laporan UT-Batam ke Polda Sumut
Di Polres Samosir, ADA UANG TERIMAKASIH

Hayun Gultom, Pangururan
Sejumlah komentar muncul lewat internet khususnya di jejaring sosial. Isinya, sebagai bentuk apresiasi kepada Pimpinan Uneversitas Terbuka Batam, Paken Pandiangan. Karena membongkar kejanggalan yang terjadi di jajaran polres Samosir yang menerima uang pencabutan pengaduan. Pimpinan UT-Batam itu melaporkan Polres Samosir ke Polda Sumut. Akibat laporan Paken itu, semakin banyak warga yang mulai berani meniru jejak Paken.

Edward Sirait; "Saya cuman mengatakan supaya dibantu"
Membeberkan pada wartawan, kejadian yang dialami saat mencabut pengaduan di kantor polisi. Termasuk dalam hal memberi uang. Oknum polisi yang mengaku menerima uang, mengatakan uang itu adalah sebagai bentuk terimakasih, bukan paksaan. Tetapi yang memberi, mengaku terpaksa meberikan, agar urusan cepat selesai.


Hal inilah yang terjadi di Polres Samosir, Paken terpaksa memberikan uang agar urusan pencabutan pangaduannya cepat selesai. Namun oknum polisi menganggap uang itu adalah "uang terimakasih". Alasan oknum polisi, karena Paken mengatakan "terimakasih" setelah urusan selesai. Meski Paken mengeluarkan uang 3,5 juta, oknum polisi mengatakan pihaknya justeru telah membantu Paken dalam mencabut pengaduan, bukan memproses. Kalau memproses mungkin akan beda lagi.


Surat Paken ke Poldasu yang dikirim tanggal 30/9, sudah dikirimkan ke Polres Samosir via fax oleh pihak Polda. Kapolres menerima dari Kasatlantas Hasan Bahri, Selasa 3/10, pagi pukul 10.30, di ruangan kapolres. Kasatlaka Napitupulu yang dalam surat Paken disebut menerima uang dari isteri Paken, turut hadir di ruangan Kapolres pagi itu.


Dalam surat Paken Pandiangan, Napitupulu menyetujui pencabutan pengaduan sebesar 3,5 juta setelah Napitupulu menghubungi Kapolres Samosir. Namun dalam perbincangan Kapolres dengan Napitupulu, kapolres mengatakan ia tidak membicarakan biaya. Tetapi hanya mengatakan "supaya dibantu". Beberapa kali Kapolres mengatakan pada wartawan "saya hanya mengatakan supaya dibantu, itu saja" kata Kapolres menjelaskan pernyataannya.


Napitupulu tidak membantah perkataan Kapolres, ia membenarkan dalam pembicaraannya dengan atasannya itu, kalau Edwart tidak menyebutkan biaya.


Napitupulu selaku Kasatlaka yang menangani pencabutan pengaduan Paken pada 24/9 membenarkan, ia menerima uang dari Isteri Paken. Tapi Napitupulu mengatakan tidak tahu berapa jumlah uang yang diterimanya itu. Menurutnya uang itu adalah sebagai bentuk wujud rasa terimakasih dari Paken. Napitupulu menunjukkan SMS di hp-nya, yang di dalamnya ada dituliskan terimaksih. Tapi Paken dalam suratnya yang bertanda tangan resmi ke Polda, merasa kecewa dengan cara Polres Samosir. Dan uang yang diberikan kepada Napitupulu adalah kerena keharusan. Sebab sebelum uang diberikan telah terjadi negosiasi yang panjang, sampai Paken menghubungi pihak pejabat pemkab yang ia rasa bisa membantunya tanpa harus memberikan uang. Salah satunya adalah kepala Dinas di jajaran pemkab Samosir.


Paken menghubungi temannya, seseorang yang memilki hubungan dekat dengan seorang pejabat di Samosir. Dalam surat Paken nama pejabat itu jelas dituliskan. Sang pejabat mengaku kalau ia menghubungi Kapolres supaya Paken bisa dibantu. Kemudian Paken menerima jawaban kalau ia bisa dibantu tapi soal biaya tetap tidak dapat berubah.


Konfirmasi wartawan Cakra kepada Paken melalui telepon selular 7/10, ia tetap menelusuri laporannya ke Poldasu sampai adanya jawaban pihak Polda atas surat klarifikasinya itu.


Mengenai biaya pencabutan pengaduan di jajaran Polres Samosir, Kapolres Edward P Sirait mengatakan tidak ada biaya untuk itu. Tapi, ia tidak menyalahkan anak buahnya jika menerima uang terimakasih. Dari si terlapor maupun si pelapor. Dan uang terimakasih yang diterima anak buahnya, seperti Kapolsek misalnya, jika menerima uang terimakasih itu tidak sampai kepada Kapolres. "Saya tidak pernah meminta itu, itu rejeki mereka", kata Edward.
Tentang "uang terimakasih" sebagaimana dikatakan Napitupulu sebagai oknum Polisi, menjadi hal yang membingungkan. Kaitan uang dan kata "terimakasih". Oknum polisi bisa benar, mengatakan uang yang ia terima adalah uang terimakasih. Alasan oknum polisi, karena orang yang memberikan uang mengatakan "terimakasih" kepadanya setelah pangaduan dicabut.


Orang yang memberi uang juga bisa benar, mengatakan "terpaksa memberi uang" agar urusan cepat selesai. Dan uang yang diberikan bukan uang terimakasih, karena sipemberi uang tetap mengatakan secara langsung "terimakasih". Tidak menggantikan kata "terimakasih" itu dengan uang. Sehingga uang itu bukan uang pengganti terimakasih atau "uang terimakasih".<<CAKRA

Pernyataan Beston sampai ke DPP PDS

DPP PDS Klarifikasi pernyataan Beston Sinaga

Mengaku dukung pansus, tapi banyak guru tidak percaya

Samosir, CAKRA
Dewan Pimpinan Pusat Partai Damai Sejahtera mengabarkan pada Cakra, telah menghubungi Beston Sinaga terkait pernyataanya kepada wartawan bulan September lalu tentang pansus DPRD Kabupaten Samosir terkait mutasi guru.

Pernyataan Beston Sinaga yang menyebabkan beberapa guru yang dimutasi merasa kecewa akhirnya  direspon oleh Dewan Pimpinan Pusat Partai Damai Sejahtera setelah terbit di beberapa media suarat kabar. Respon  itu disampaikan kepada wartawan Cakra melalui email ketua umum DPP PDS  Dr. ML. Denny Tewu, SE, MM.

Pesan itu memberitahukan bahwa, Ketua Umum DPP PDS Denny Tewu sudah menelpon langsung Beston Sinaga. Menanyakan perihal pemberitaan bahwa dia mendukung pemutasian guru di kabupaten Samosir atas kebijakan Bupati Mangidar Simbolon. Beston Sinaga mengklarifikasikan ke Ketua Umum PDS melalui telpon, bahwa ia bukan mendukung pemutasian tersebut tetapi justru meminta agar Pansus menilai lebih dalam apakah alasan sebenarnya di balik pemutasian. Karena menurut Beston, sesuai aturan pemutasian itu sah-sah saja sepanjang alasannya benar, misalnya jumlah guru di sekolah tertentu sudah berlebihan sementara ditempat lain masih kurang.

Bukti konkrit bahwa PDS tetap kritis atas kebijakan Bupati tersebut, sebagai Ketua DPC PDS Kabupaten Samosir, Beston mengirim anggota dewan yang lainnya dan setuju atas pansus yang  dibentuk. Dengan harapan bahwa apa motif pemutasian tersebut dapat diketahui dengan jelas, apakah Bupati menggunakan kekuasaannya secara sewenang-wenang atau memang proporsional sesuai kebutuhan yang ada. Sebagai pimpinan PDS di Kabupaten Samosir dia berani mempertanggungjawabkan apa yang diperjuangkannya semata-mata untuk kemajuan Kabupaten Samosir.

Namun klarifikasi yang disampaikan DPP PDS itu tidak menjelaskan kenapa Beston mengatakan "saya yakin pansus tidak akan membawa hasil". Padahal pernyataan ini yang paling membuat guru kecewa di Samosir. Apalagi diungkapkan oleh seorang anggota DPRD.

Pernyataan lain, Beston juga mengatakan "tidak mengerti tujuan pansus". Bahkan ia juga mengakui tidak tahu nama pansus. Dalam wawancara wartawan dengan Beston, ia juga meragukan pansus hanya menghabiskan anggaran lewat SPPD anggota Pansus.

Beston mengatakan bahwa 70% guru yang dimutasi adalah atas permintaan guru itu sendiri. Menurutnya ia telah melakukan survei ke lapangan.

Sekalipun Beston mengatakan ia mendukung Pansus pada DPP PDS, tetapi lebih dari belasan guru yang dimutasi dan masyarakat yang mengetahui penyataan-pernyataan Beston itu,  menyimpulkan serta mengclaim "kalau Beston tidak mendukung Pansus".

Beston sebagai ketua DPC PDS mengatakan tetap kritis atas kebijakan Bupati Samosir, dengan alasan mengirim anggota dewan yang lainnya (Pernando Sinaga) dan setuju atas pansus yang  dibentuk. Pernyataan Beston ini juga disangkal oleh anggota dewan yang lain. Karena yang mengirim anggotanya untuk Pansus bukan partai, tetapi Fraksi. Dan keikutsertaan Pernando dalam pansus adalah dari Fraksi Karya Sejahtera.

Sehingga pengakuan Beston yang disangkal beberapa anggota dewan menunjukkan seolah-olah Beston Ketua DPC PDS tidak tahu proses pembentukan Pansus.<<hayun gultom