Samosir "Kabupaten Silpa, Semakin Suram"
Sandiwara
babak pertama Kabupaten Samosir dimulai tahun 2006. Dicetuskan pada
tahun 2007 oleh anggota DPRD periode 2004-2009 melalui pandangan
perorangan Parulian Situmorang saat paripurna LKPJ Bupati Samosir Ir
Mangindar Simbolon pada akhir tahun anggaran 2006.
Menurutnya
semua saran dan masukan serta usulan dewan, yang disampaikan
secara lisan dianggap hanya sandiwara. Nyaris tidak pernah
direalisasikan oleh pemerintah Kabupaten Samosir yang dipimpin Ir
Mangindar Simbolon. Mangindar adalah Bupati pilihan rakyat pertama
Kabupaten Samosir setelah dimekarkan dari Kabupaten Tobasa.
Setahun
kemudian Kabupaten Samosir mendapat sebutan "Kabupaten Silpa" oleh DPRD
Kabupaten Samosir. Sebutan "Kabupaten Silpa" sempat hangat di kalangan
pemerhati di Kabupaten Samosir. Dicetuskan oleh Tumpak Situmorang lewat
Tanggapan akhir Fraksi terhadap LKPJ Bupati anggaran 2007.Saat itu silpa
APBD Kabupaten Samosir meningkat dari Rp.47,4 milliard pada tahun 2006
menjadi Rp.119,7 milliard di tahun 2007.
DPRD periode 2004-2009
tidak hanya memberikan keritik kepada bupati, tetapi juga kepada lembaga
DPRD itu sendiri. Dari semua aspek yang perlu dibangun dari anggaran
yang sudah digunakan, masih sangat jauh dari apa yang diharapkan.
Sehingga dalam pandangan perorangan Nasib Simbolon pada
masa itu mengatakan "Bupati tertidur DPRD bermimpi".
Masih dalam
kepemimpinan Mangindar Simbolon yang terpilih kembali mejadi Bupati
Samosir periode 2010-2015.Salah satu butir dari Tanggapan Fraksi
Demokrasi Pelopor Indonesia Raya (F-DPRIR)yang dibacakan oleh Baringin
Sihotang atas LKPJ Bupati 2010 di DPRD 30/6 lalu mencetuskan, "Samosir
Semakin Suram". Salah satu alasannya adalah karena kegagalan tata kelola
administrasi dan banyaknya asset Kabupaten Samosir yang belum
terregistrasi.
Menjawab pandangan perorangan anggota dewan,
dalam setiap paripurna bupati Samosir Ir Mangindar Simbolon selalu
mengatakan "akan kita perbaiki". Ungkapan itu dikritik oleh Partai
Hanura yang memiliki satu fraksi di DPRD dan salah satu Partai pendukung
Ir Mangindar Simbolon dalam pemilukada lalu. Fraksi Hanura mengingatkan
Bupati atas jawababnya yang selalu mengatakan "akan dilaksanakan" dan
"perlu dilakukan". Padahal menurut Fraksi Hanura, yang diharapkan dari
jawaban bupati, karena tahun anggaran sudah berlalu, adalah "sudah
dilaksanakan".
DPRD Kabupaten Samosir bahkan pernah
mengingatkan Bupati Samosir lewat tanggapan perorangan dengan pantun
berbahasa daerah. "Tinallik bulung sihupik, pinarsaong bulung siala.
Unang sumolsol di pudi dang sipasingot naso ada". Jangan menyesal
dikemudian hari, bukan kami tidak mengingatkan. Kira-kira demikian arti
dari sebuah pantun yang disampaikan Drs Lundak Sagala kepada pemerintah
Kabupaten Samosir pada tahun 2008 saat paripurna LKPJ Bupati Ir
Mangindar Simbolon.
Sesuai tatib DPRD Kabupaten Samosir
2009-2014,tidak lagi menyertakan Paripurna pandangan perorangan anggota
dewan serta tidak ada lagi tolak-menolak terhadap LKPJ Bupati. Tetapi
DPRD tidak lepas dari kritik dan saran kepada bupati yang disampaikan
lewat tanggapan akhir fraksi. Sebanyak 5 Fraksi di DPRD Kabupaten
Samosir memberikan sejumlah kritik pedas kepada Pemerintah Kabupaten
Samosir pada
30/6 lalu di Kantor DPRD Kabupaten Samosir di Parbaba Kecamatan
Pangururan.
Tentang proyek di Kabupaten Samosir yang didominasi rekanan tim sukses Bupatif juga dikritik oleh DPRD melalui
Fraksi Karya Sejahtera (Partai Golkar dan PDS).
Meski telah hampir setahun berlalu namun hingga saat ini ekses pemilu
kada masih terasa ditengah masyarakat. Fraksi Karya Sejahtera
mengatakan, sebagian besar tim sukses (TS) pemenang di Kabupaten
Samosir merasa di atas angin dan terkesan mau mengatur segalanya, kata
Pernando Sinaga saat membacakan Tanggapan Fraksi Karya Sejahtera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar